Laman

Selasa, 11 September 2012

Islamic Financial Check Up #1

Demi membayar hutang janji saya sama seorang teman, sebut aja Dinar, bela-belain deh nulis ini dulu sebelum tidur. Mumpung lagi inget n kepala saya masih dipenuhin dengan dunia financial setelah baca tweet-nya @Mohammad_Teguh tentang Asuransi Syariah dan Bank Syariah. Sebenernya dah lama banget nih dapet sharing tentang ini dari @ahmadgozali, sekitar bulan Juni lalu, tapi belum sempet ngerangkum. Mudah-mudahan malam ini otak saya bisa diajak kerjasama untuk nulis dan mengingat semuanyah :)

Mungkin udah pernah denger tentang Financial Check Up ? Nah kalo yang mau saya bahas disini mirip-mirip sih, tapi spesifik dilihat dari kacamata Islam. Financial Check Up serupa dengan Medical Check Up, diperlukan  untuk mengetahui kondisi keuangan kita yang sesungguhnya ? dan diambil tindakan-tindakan perbaikan bila ada yang kurang beres. Untuk melakukan Medical Check-Up kita membutuhkan (team) dokter yang masing-masing memiliki kompetensi di bidangnya. Demikian halnya dengan Financial Check-Up kita juga membutuhkan bantuan dari orang yang competent di bidangnya seperti para Financial Planner, Wealth Management Specialist, dlsb

Dalam Financial Check Up secara umum yang dihitung adalah rasio-rasio keuangan kita secara keseluruhan, masing-masing Financial Planner, Wealth Management Specialist, dlsb biasanya memiliki rumusan tersendiri. Namun secara prinsip tidak jauh berbeda. Saya pribadi menggunakan template yang saya pelajari dari QM Financial punyanya Ligwina Hananto, ditambah sedikit modifikasi yang memudahkan buat saya memaintain rasio-rasio tersebut. Secara garis besar rasio yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
  1. Debt Ratio, atau Cicilan Hutang TIDAK BOLEH > 30%
  2. Saving Ratio antara 10 % - 30%
Jika 2 kondisi diatas ada dalam ratio yang aman, maka cash flow bulanan Insya Allah akan sehat.
Disini saya ga mau bahas panjang lebar gimana cara itung-itungan rasio itu.. bisalah dihitung sendiri dan dibuat Cash Flow Management-nya. Back to the topic, kita bahas check up dari sisi Islam aja yaah...

Jeng... jeng... *halah.. Check up dari sisi Islamic Financial dilakukan dari 2 sudut pandang : 
  1. Ratio (seperti yang sudah disinggung sedikit diatas)
  2. Sumber Income
Sebenernya kenapa sih kita perlu melakukan check up ? Garis besarnya adalah kita melakukan hisab kepada diri kita sendiri selagi masih di dunia, sebelum dihisab nanti di akhirat. Wiiii.... serem yah. Tujuannya ga lain agar kita memiliki keuangan yang sehat dan kuat secara financial namun juga tetap ada dijalan yang benar (halal maksudnya) ! Mau tajir tapi ga halal ?! Isssh jangan sampe lah ya... 

Apa aja sih yang perlu di evaluasi ? Niih 3 hal ini yang kudu diperhatiin yah :
  1. Sumber Penghasilan
  2. Pengelolaan
  3. Pengeluaran
Cara evaluasinya gimana ? Ambil kertas, pulpen dan stabilo 3 warna yuuk... Pilih warna Merah, Kuning dan Hijau... Tulisin tiap item yang kita akan bahas dibawah ini ya, dan stabillo akan kita pake untuk kasih tanda ke masing-masing item yang di evaluasi tersebut.
 
Mulai dari yang no 1 dulu :

Katanya nih, berapapun penghasilan kita TIDAK lebih penting dibandingkan dari mana penghasilan tersebut di dapat dan untuk apa digunakan... wayoooo
Sumber penghasilan itu kan bisa dari Bekerja (dari Gaji), Bisnis, dan Investasi. 
Jika Bekerja, lihat perusahaan tempat kita bekerja, bergerak dibidang apakah ? Apa produksinya ? Barang ? Jasa ? Apakah barang yang diproduksi merupakan barang haram, misal produsen minuman beralkohol dan semacamnya. Jika jasa, terutama di lembaga keuangan, ada unsur riba, judi atau yang sejenisnya kah ?
Selain lihat produksinya, lihat juga posisinya. Misal : marketing bank konvensional, ada unsur Riba dalam jasa keuangan yang diberikan, lalu jenis pekerjaannya mengajak orang untuk beli jasa tersebut. Warnanya apa hayooo ? ;)
Gimana kalo orang HRD-nya ? Naah katanya sih kalo yang ini masih bisa Kuning :)
Sekarang kalau sumber incomenya dari bisnis, yang perlu di cek adalah bagaimana bisnis tersebut dikelola, siapa supplier-nya, dan di jual kemana ? Kalau jual barang curian gimana, kan bukan kita yang nyuri ? Hehehe... sama aja penadah kan itu yah :) Yang sekarang juga lagi nge-trend nih, jualan barang KW ! Katanya siih... gak berkah tuuuuh. Ada pihak yang dirugikan soalnya, yang punya brand !
Yang ketiga, dari hasil investasi. Pastinya harus dari hasil investasi yang sesuai syariah... panjang lagi ini kalo mau dibahas. Hehehe... Cuman mau titip pesen ajah, jangan gampang tergiur sama tawaran investasi yang menjanjikan return tinggi, apalagi ga jelas bergerak dibidang apa. Kalo pas untung, kita emang dapet duit besar, tapi gak berkah ! Banyaknya malah bukan yang untung, tapi Buntung !! Untung ga dapet,modal juga ga balik... udah banyak banget case kayak gini (dan sayah heran, orang indonesia itu gak kapok-kapok sama yang beginian *tepokjidat). Kalo mau invest, pelajarin dulu deh baik-baik !

Jadi, secara summary, untuk evaluasi penghasilan hasil yang didapat itu bisa :

HALAL      : jika sumber dan cara mendapatkannya halal (sesuai syariah)
SYUBHAT : jika caranya halal tapi sumbernya meragukan, atau ada perbedaan pendapat ulama. Contoh : bekerja di pabrik rokok, makanan dan minuman non halal, bank konvensional, lembaga keuangan konvensional, dsb
HARAM     : jika sumber dan cara mendapatkannya haram

Udah dapet warna apa nih dari Sumber Penghasilan ? :)

*hoaaam... dah ngantuk n pegel. nyambung besok lagi in the next chapter yaa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar