- Anak gw udah mulai nakal nih, suka pukul-pukul orang. Dilarang udah, dimarahin udah, tapi kayaknya ndablek gitu? Duuh gimana ya supaya dia ga nakal gitu? Masih kecil aja udah sok jagoan, gimana gedenya?
- Anak gw itu susah banget disuruh belajar. Kerjaannya maiiiin terus. Apalagi kalo udah pegang gadget. Ampuun deeh.. Ntar kalo ga naik kelas gimana?
- Anak gw udah kenal cewe lho.. Anak kelas 4 SD coba. Udah sms sayang sayangan ama perempuaan. Gustiii... Pubernya kecepetan. Gimana gedenya? Ntar dia ngehamilin anak orang lagi
- Anak gw ga mandiri banget, apa-apa mama, apa-apa mama. Udah gede gitu masa naro kaos kaki dimana aja dia ga tau? Mana kamarnya berantakan bangetJeng jeng, lo tau ga itu artis X yang ketangkep pake narkoba? Haduuh padahal keliatannya alim ya. Orang tuanya juga alim gitu. Kok bisa sih?
Saya yakin dan percaya bahwa kelakuan anak-anak kita ga lepas dari pola asuh didik yang kita (para orang tua) terapkan sejak kecil. Ada juga sih yang komen : "Ah ga juga kalii... Itu si A dari kecil dah dimasukin pesantren ama bapaknya. Kena pengaruh narkoba juga tuuh.." Yup bener, hal tsb sangat mungkin terjadi. Dan faktor kedua yang berperan dalam hal ini adalah lingkungan. Trus gimana dong cara yang tepat buat mendidik anak-anak kita supaya bisa jadi orang baik, orang bener, ga ngerugiin orang lain, dan juga ga ngerugiin diri sendiri. Syukur syukur jadi anak soleh/solehah supaya bisa nolong emak bapaknya kelak diakhirat.
Pas bener saya dapet broadcast via bbm :
RAHASIA Mendidik Anak dlm ISLAM
FOLLOW »» @MUSLIMAHebat
PRINSIP-PRINSIP DASAR:
- Anak anakmu bukan pilihanmu, mereka menjadi anak2mu, bukan krn keinginan mereka, tetapi karena Takdir Allah. (QS.28: QS.68,42: QS.49-50).
- Karena apa yg Allah takdirkan untukmu, maka itulah amanah yg harus ditunaikan. (QS.8:27-28).
- Orang tualah yg ingin memiliki anak dan keinginanmu adalah janjimu kepada Allah. Maka tepatilah janjimu krn akan Allah minta pertanggungjawabannya. (QS.5:1, QS.17:34, QS.13:19-24).
- Allah tdk membebanimu melampaui kemampuanmu, maka bersungguh-sungguhlah. (QS.2:233, QS.64:16, QS.3:102, QS.22:78).
- Allah tdk mewajibkanmu membentuk anak-anakmu mahir dalam segala hal, tetapi Allah mewajibkanmu membentuk anak-anak yang SHALIH/ah. (QS.21:205).
- Jangan berharap kebaikan dari anak2mu, bila tdk mendidik mereka menjadi anak2 yg shalih. (QS.11:46, QS. 19:59).
- Jangan berharap banyak pada anak2mu, bila kamu tidak mendidik mereka sebagaimana mestinya. (QS.17:24).
- Didiklah anak-anakmu sesuai Fitrahnya. (QS.30:30).
- Janganlah menginginkan anak2mu sbg anak2 yg shalih sebelum engkau menjadi shalih lebih dahulu.
- Janganlah menuntut hakmu dari anak2mu, sebelum engkau memberi hak anak-anakmu.
- Janganlah engkau menuntut hakmu dari anak-anakmu, sampai engkau memenuhi hak2 Allah atas mu. (QS. 2:83, QS. 4:36, QS 6:151, QS. 17: QS. 23-24).
- Berbuat baiklah pada anak-anakmu, bahkan sebelum mereka diciptakan.
- Janganlah engkau berpikir tentang hasil akhir dari usahamu mendidik, tetapi bersungguh-sungguhlah dalam mendidik. (QS.11:93).
- Janganlah berhenti mendidik sampai kematian memisahkanmu.(QS.15:99). Baarakallahu...({})
Got the point?
Menurut saya pribadi, yang pertama harus kita sadari adalah anak itu titipan Yang Maha Kuasa pada kita. Untuk kita dampingi, didik, dan ajarkan tentang kehidupan. Kehidupan di dunia dan di akhirat nanti. Jadi kalau kita tidak mendidik dengan benar, gimana pertanggungjawaban kita pada Allah nantinya?
Anak itu juga bukan aset. Kita urus kebutuhan hidupnya, sekolahin biar pinter, dan dapet penghasilan besar setelah bekerja nanti, dengan harapan kalau udah jadi kakek nenek, kita bisa numpang hidup dengan alasan balas jasa orang tua. Klise, right?
Anak juga manusia, tugas orang tua mendidik dan mendampinginya sampai pada tahap anak tersebut mampu mengurus dirinya sendiri. Menjadi manusia dewasa, menjadi dirinya sendiri, dan mampu menjalani kewajiban-kewajibannya sebagai manusia tanpa ketergantungan dengan orang tuanya lagi. Kalau kita tidak mampu mengurus diri sendiri, gimana kita, sebagai makhluk sosial, mampu mengurus orang lain?
Ibu Elly Risman, seorang pakar asuh didik, mengatakan bahwa tujuan pengasuhan itu terdiri dari beberapa poin :
1. Menjadi hamba Allah yg taqwa (bila muslim). (Taqwa: Iman dan Ibadah yg benar serta berakhlak mulia)
2. Calon suami/istri yg baik
3. Calon ayah/ibu yg baik.
4. Membantu anak mempunyai ilmu & keahlian dalam bidang tertentu sehingga bisa mencari nafkah
---- untuk anak perempuan, tujuan hanya sampai point 4 ini. Untuk anak laki-laki, ditambah 3 poin lagi:
5. Pendidik istri & anak.
6. Pengayom keluarga.
7. Pendakwah (bermanfaat bagi orang lain).
--------#-#
Berat gak tuh. 7 poin yang harus kita ajarkan kepada anak-anak kita supaya menjadi manusia seutuhnya. Sadar betul, orang tua kita dulu kebanyakan berkutat di poin 4. Bener apa bener?
Prinsip dasar sesuai ajaran agama dah dapet, tujuan pengasuhan dah dapet, trus whats next? Keliatannya susah yak mendidik anak. Mo mulai darimana ? Gimana caranya?
Kalau saya, Alhamdulillah banget ketemu dengan milis parenthink. Dari milis ini saya belajar bahwa saya harus mengenal anak saya. Sebelum mengenal ajak saya, saya juga belajar mengenal diri saya terlebih dahulu. Sebelum mendidik anak saya, saya harus didik diri saya sendiri dulu.
Teori yang diajarkan dalam milis yang didirikan oleh Mona Ratuliu, iya mona yg artis itu, dalam asuhan Toge Aprilianto ini, disebut sebagai ruasdito. Prinsip-prinsip yang diusung mengikuti prinsip-prinsip yang pernah dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantara, tokoh pendidikan sebelum jaman kemerdekaan dulu.
- Ing ngarso sung tulodho (di depan memberi teladan).
- Ing madyo mangun karso (di tengah menemani proses berkarya)
- Tut wuri handayani (di belakang menjadi acuan/ pedoman/ referensi)
Tujuannya agar kita bisa menjadi teladan, teman, dan oonsultan bagi anak-anak kita.
Caranya gimana? berikut ini tahapan-tahapan yang dilalui dari tahun ketahun.
Rute pengasuhan-pendidikan toge [dikutip dari buku “Saatnya Melatih Anakku Berpikir”]
- 0-2 tahun -- membangun rutinitas.
- 1-3 tahun -- membangun keterampilan memilih (enak-vs-ga-enak,enak-vs-enak, ga-enak-vs-ga-enak).
- 2-4 tahun -- membangun keterampilan menawar (sebagai pembeli).
- 3-5 tahun -- membangun keterampilan menawar (sebagai penjual).
- 4-6 tahun -- membangun keterampilan berdagang (win-win transaction).
- 5-7 tahun -- membangun keterampilan memperjuangkan keinginan (sanggup (mau+mampu) melakukan apa yg perlu dilakukan untuk dapet apa yangdiinginkan).
- 6-8 tahun -- membangun keterampilan menghadapi resiko (mengalamiakibat; masih didukung penuh).
- 7-9 tahun -- membangun keterampilan menghadapi resiko (mencoba solusi; berupa alternatif solusi).
- 8-10 tahun -- membangun keterampilan menghadapi resiko (membangunsolusi; evaluasi terhadap alternatif solusi yg dibuatnya).
- 9-11 tahun -- membangun keterampilan menghadapi resiko (memeriksasolusi; berupa pendampingan untuk menindaklanjuti solusi yangdipilihnya).10-12 tahun -- membangun keterampilan menentukan pilihan perilaku(mengatur strategi) secara mandiri, berdasarkan pertimbangan resiko.
- 11-13 tahun -- proses pengasuhan sewajarnya sudah tuntas sehinggaproses pendampingan bisa dimulai.
keterangan:
apa yang sudah dibangun, bukan berarti lalu berhenti dan ditinggalkansetelah batas usianya terlewati ya. contoh: soal rutinitas, walau proses pembangunannya ada di usia 0-2 tahun, tetapi si anak tetap perlu terus diingatkan; dikuatkan spy kebiasaan akan rutinitas itumenjadi sesuatu yang melekat dalam pribadinya, hingga akhirnya diamenjadi tidak nyaman ketika rutinitasnya terganggu. hal ini penting karena kebiasaan punya rutinitas itu akan jadi bekal pembentukan sikap tuntas dan bertanggungjawab.
---kalau mengacu pada ajarannya ki hajar dewantara, paparan di atas akan bisa dipahami sbb:
- 0-5/6 tahun -- ing ngarso sung tulodho (di depan memberi teladan).
- 5/6-11/12 tahun -- ing madyo mangun karso (di tengah menemani proses berkarya).
- 11/12 tahun -- tut wuri handayani (di belakang menjadi acuan/ pedoman/ referensi)
----#-#
Dimilis ini ga ada yang namanya larangan, semua boleh, asaal sanggup hadapi resikonya. Misal : anak ga mau sekolah. Ortu ga melarang tapi memberi tau konsekwensinya dengan proses tawar menawar, misal : kalau ga sekolah maka ga nonton tivi seharian. Jadi anak bisa memilih, mau sekolah dan nanti bisa nonton tivi atau ga sekolah dengan resiko ga nonton tivi seharian. Buat anak yang sangat suka nonton tivi, pilihan ini pasti sulit banget.
Seorang ustad pernah berkata, ada hadist yg menyebutkan bahwa :
Usia 0-7 tahun, perlakukan anakmu seperti pangeran
Usia 7-14 tahun, perlakukan anakmu seperti tentara
Usia > 14 tahun, perlakukan dia sebagai partner
Mirip-mirip dengan ruasdito kan?
O ya, dimilis parenthink ini ga melulu soal anak, dimilis ini kita juga bisa belajar banyaaak banget tentang hidup. Belajar menjadi "manusia". Ga banyak nuntut, memperbanyak energi memberi, belajar mengenal rasa dan mengendalikan emosi, bagaimana berinteraksi dengan orang lain, bahkan berinteraksi dengan makhluk Allah lainnya secara aman dan damai (contoh: siapa yang ga sebel ama tikus? Dimilis itu diajarin lho cara mengendalikan binatang pengerat menyebalkan ini)
Penasaran?! Silahkan join milisnya untuk dapetin tips-tips lain yang cihuy :)
Gitu deh ya teori-teori pengasuhan anak. Keliatan gampang ga? Kalo keliatan gampang, prakteknya ga gampang. Kalo keliatan susah, prakteknya lebih susah lagi :D Tapi ga ada yang ga mungkin kalau kita berusaha bukan? Udah tau teorinya sudah pasti lebih mudah dibanding yang ga tau sama sekali. Emang mau punya anak trus dilepas aja gitu, terserah deh pada mau jadi apa, ga gitu juga kan?
Sahabat rasul pernah bilang :
Didiklah anakmu sesuai dengan zamannya karena mereka hidup di generasinya, bukan pada zaman di mana engkau dididik" (Umar Ibn Khotob)
Jadi, penting banget jadi emak-emak yang selalu up to date dengan perkembangan jaman. Supaya kita juga bisa mendidik mereka sesuai sikon pada saat itu. Jangan sampe anak bilang "ah bunga ga gaul nih" *tepok jidat.
Last but not least, saya selalu suka tulisan ini:
Anakmu bukan milikmu (Kahlil Gibran)
Anakmu bukanlah milikmu,mereka adalah putra putri sang Hidup,yang rindu akan dirinya sendiri.
Mereka lahir lewat engkau,tetapi bukan dari engkau,mereka ada padamu, tetapi bukanlah milikmu.
Berikanlah mereka kasih sayangmu,namun jangan sodorkan pemikiranmu,sebab pada mereka ada alam pikirannya sendiri.
Patut kau berikan rumah bagi raganya,namun tidak bagi jiwanya,sebab jiwa mereka adalah penghuni rumah masa depan,yang tiada dapat kau kunjungi,sekalipun dalam mimpimu.
Engkau boleh berusaha menyerupai mereka,namun jangan membuat mereka menyerupaimu,sebab kehidupan tidak pernah berjalan mundur,ataupun tenggelam ke masa lampau.
Engkaulah busur asal anakmu,anak panah hidup, melesat pergi.
Sang Pemanah membidik sasaran keabadian,Dia merentangkanmu dengan kuasaNya,hingga anak panah itu melesat jauh dan cepat.
Bersukacitalah dalam rentangan tangan Sang Pemanah,sebab Dia mengasihi anak-anak panah yang melesat laksana kilat,sebagaimana dikasihiNya pula busur yang mantap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar