Laman

Senin, 27 Agustus 2012

Mau Dibawa Kemana Anakmu?

Tulisan ini saya ambil dari blog-nya kakek Jamil Azzaini seorang inspirator Sukses Mulia yang banyak sekali menginspirasi hidup saya. Saya sengaja copas disini, sebagai Reminder untuk saya pribadi dalam menjalankan peran saya sebagai seorang ibu. Let's cekidot...

===================================================================
Dua malam lalu anak-anak saya yang di Bogor saya ajak bertemu teman-teman saya. Malam pertama, mereka saya ajak bertemu mas @Jayteroris. Malam kedua, mereka saya ajak jumpa oom @ImamSuyono dan mas @Ivanlaksana. Begitulah orang tua saya mengajarkan, “Ajaklah anak-anakmu kenal dengan teman-teman baikmu.”


Yang membuat saya terharu dan bahagia, begitu sampai rumah Izul (anak saya yang bungsu sekarang kelas 4 SD) selalu langsung sholat tarawih 11 rakaat sendiri. Tanpa komando dan tanpa diminta. Saya yakin, bila Anda melihat anak Anda seperti itu pasti bahagia seperti apa yang saya rasakan.

Namun, apakah itu berarti saya berhasil mendidik anak saya? Belum tentu. Bagi saya, keberhasilan mendidik anak-anak bukan dilihat saat mereka masih anak-anak tetapi setelah mereka punya anak, alias sudah dewasa. Pendidikan anak adalah proses panjang dalam rangka menyiapkan bekal untuk menjalani kehidupan.

Mendidik anak bukanlah perihal tentang agar mereka menjadi “juara” di kelas. Tetapi yang lebih tepat adalah menyiapkan mereka agar kelak menjadi “juara” dalam kehidupan. Pelajaran apa yang seharusnya diberikan? Bagi saya, anak-anak seharusnya setidaknya dibekali tiga hal.

Pertama, siapkan agar mereka kelak menjadi generasi 5-Ber yaitu: Ber-iman, Ber-ilmu, Ber-amal sholeh, Ber-syukur dan Ber-sabar. Iman adalah pondasi yang harus dimiliki seorang anak. Ilmu adalah bekal menjalani hidup. Amal sholeh adalah pembuktian iman dan ilmu yang dipahami. Selalu bersyukur saat mendapat nikmat dan bersabar saat ada derita, musibah dan kegagalan.

Kedua, menyiapkan mereka menjadi pasangan yang ideal. Bila anak kita laki-laki, siapkan mereka menjadi suami dan ayah yang bertanggungjawab dan berkelas. Bila anak kita perempuan, siapkan mereka menjadi istri dan ibu yang tangguh tapi tetap lembut. Pelajaran ini tidak mereka dapatkan di sekolah, tugas kita sebagai orang tua yang mendidik mereka.

Ketiga, siapkan mereka menjadi pemimpin yang berkarakter. Menjadi pemimpin masyarakat tidak boleh prosesnya “karbitan” harus dimulai sejak mereka anak-ana. Pemimpin “karbitan” itu menyebabkan mereka bermental transaksional saat memimpin. Pemimpin itupun tidak memiliki visi yang jelas, komitmen untuk berjuang demi rakyat hanya menjadi bahan kampanye tetapi miskin bukti. Menyiapkan tanggungjawab ini bukan tugas politisi tetapi tugas kita sebagai orang tua.

Jangan biarkan anak-anak kita tumbuh tanpa arah yang jelas. Nah, ke arah mana anak Anda akan Anda bawa?

Salam SuksesMulia!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar