Rabu, 08 Desember 2010
Persiapkan Pensiun mu
Salah satu alasan kenapa saya menjalankan Oriflame adalah : persiapan masa pensiun ! yup bener... P E N S I U N
kok jauh bener tujuannya ? kan masih muda, kan masih produktif, ngapain mikirin pensiun ??
mungkin itu pertanyaan yang akan diajukan sebagian orang... kebanyakan orang malah
hellowww.... yang muda pastinya akan menjadi tua bukan ??
yang sekarang masih kerja dengan posisi bagus, suatu saat akan pensiun juga bukaan ?
nah coba hitung deh... kalau rata-rata usia hidup, 70tahun... dan usia pensiun adalah 55tahun, maka masih ada 15tahun dimana kita butuh biaya untuk hidup
trus dapet darimana ini biayanya ??
udah uzur, sakit-sakitan... pekerjaan apa sekiranya yang bisa dilakukan supaya tetap memberi penghasilan demiii mencukupi biaya hidup ?
sukur-sukur anak udah pada berkeluarga dan cukup mapan... bisalah numpang hidup ama anak... (walopun saya ga terlalu setuju sama yang seperti ini yaa)
trus gimana kalo anak-anaknya tergolong gak mampu ?? malah kita mesti bantu-bantu ngurus dan biayain sekolah cucu ?
biaya pendidikan makin lama makin mahal ciiinnn... kasian bener cucu-cucu kita kalo ga bisa sekolaah
financial planner bilang : investasi dari sekarang !!
sisihkan penghasilan kita saat ini untuk masa pensiun nanti...
itu baguus... tapiiii akan lebih baik kalo masih punya penghasilan di masa pensiun bukan ??
jadi insya allah duit-nya gak habis-habis
kalau cuma invest, dan mengandalan investasi itu untuk biaya hidup... sedikit-2 diambilin pasti lama-lama akan habis... tuul gak ?
lain hal nya kalau tetap berpenghasilan
nah, kenapa Oriflame ??
pada level tertentu Oriflame akan memberikan passive income buat para konsultannya..... jadi tanpa perlu pusing-pusing menjalankan bisnisnya, Oriflame akan tetap membayarkan gaji (bonus) kepada konsultannya secara rutin setiap bulan... yes, setiap bulan
gak cukup dengan bonus yang diberikan ?? ya sutra jalanin aja terus bisnisnya....... kakek nenek juga masih bisa kook :)
ga perlu tenaga banyak, ga perlu modal banyak, ga perlu waktu banyak
sooo....... tetep bisa have fun menikmati masa tua dan kebersamaan bersama keluarga...
bisa konsen beribadah demi menyiapkan kehidupan di akhirat...
bisa ajak anak-anak pergi haji bareng-bareng setahun sekali
bisa ajak cucu liburan ke disneyland
bisa mendirikan mesjid... lembaga-2 sosial untuk orang-orang yang kurang mampu
bisa punya seribu anak asuh yang putus sekolah...
aaah indahnya... dunia bisa dinikmati, akhirat juga diperjuangkan.... semoga Allah memberikan ridho-Nya.... amieen
pengin siapin masa pensiun juga ? just inbox me yaaw...
Sabtu, 04 Desember 2010
The Power of Kepepet
The Power of Kepepet dan kebetulan-kebetulan pun terjadi...
Bagaimana jika pertanyaan saya ubah? Seandainya, malam hari ini, anak Anda atau orang yang paling Anda sayangi mendadak sakit keras. Dokter mendiagnosa ada sebuah tumor ganas yang harus dioperasi besok juga, jika tidak, maka nyawanya akan melayang. Sedangkan operasi hanya bisa dilaksanakan jika Anda menyerahkan uang tunai sejumlah 5 juta rupiah sebelum jam 9 esok hari. Bagaimana? Apakah Anda masih akan mengatakan tidak bisa? Mayoritas akan menjawab, "Harus bisa". Kenapa? Karena kepepet, jika
tidak, nyawa orang yang kita cintai tsb akan melayang.
Jadi sebenarnya jika dalam kondisi yang kepepet dan tidak diberikan pilihan untuk "tidak bisa", manusia akan mencari jalan untuk berpikir "bagaimana harus bisa". Tetapi kenapa sukses, kaya, membahagiakan orang tua atau keluarga, seolah bukan suatu kebutuhan yang mendesak?
Sesungguhnya manusia telah diciptakan dengan potensi luar biasa, di luar apa yang kita pikirkan. Hanya saja potensi tersebut seringkali hanya akan keluar pada kondisi terdesak, seperti seorang nenek bisa melompat dari gedung setinggi 5 meter, saat kebakaran.
KEPEPET VS IMING-IMING
Ada 2 sebab yg membuat orang tak tergerak untuk berubah. Yang pertama adalah impiannya kurang kuat, yang kedua tidak kepepet. Dua hal tersebut yang seringkali disebut orang sebagai motivasi. Kesalahan fatal yang timbul oleh sebagian besar motivator ataupun trainer motivasi lainnya adalah hanya menggunakan impian sebagai 'iming-iming' untuk menggerakkan audiens. "Apa Impian anda? Siapa yang impiannya punya mobil mewah? Rumah mewah? atau bahkan kapal pesiar?" Memang, saat di ruang seminar, mereka sangat terbawa dan termotivasi oleh sang motivator. Tapi masalahnya, sepulang dari seminar, mereka dihantam kemalasan, mungkin juga halangan-halangan bahkan seringkali oleh orang-orang yang mereka sayangi.
Apa jadinya? Mereka tetap diam ditempat.
Contoh yang kedua, ada seorang salesman yang bekerja di suatu perusahaan. Seperti perusahaan lainnya, mereka menerapkan sistem bonus. "Jika anda mencapai target yang telah ditentukan, maka anda akan mendapat bonus jalan-jalan keluar negeri!" kata managernya. "Gimana, semangat?" lanjut manager berinteraksi. "Semagaat..ngat..ngat!" sambut salesman, sambil mengepalkan tangannya seolah siap tempur. Bulan demi bulan pun berlalu tanpa pencapaian target. Kemudian si manager bertanya,"Apa bonus yang aku tawarkan kurang besar?". "Enggak kok Pak, cukup besar, mudah-mudahan bulan depan tercapai Pak". Setelah 3 bulan masa 'iming-iming' tak berhasil, si manager mulai mengubah strategi. Dia berteriak agak
menekan di dalam meetingnya,"Pokoknya, jika anda tidak bisa mencapai target penjualan yang sudah saya tetapkan, anda saya PECAT!". Nah, keluarlah keringat dingin si salesman. Sekeluar dari ruangan dia langsung menyambangi calon-calon customernya, kerjanyapun semakin giat. Malas, malu, nggak pe-denya hilang seketika. Kok bisa? Karena KePePet! Yang dia pikirkan, jika dia tidak dapat memenuhi target, dia akan dipecat. Jika dipecat, penghasilannya akan nol. "Trus anak istriku makan apa?" pikirnya. Anehnya, target penjualan yang selama ini tidak pernah tercapai, bisa juga terlampaui. Itulah yang disebut The Power of Kepepet.
97% orang termotivasi karena Kepepet, bukan karena iming-iming.
Maka dari itu ada pepatah mengatakan bahwa "Kondisi Kepepet adalah motivasi terbesar di dunia!". Banyak perusahaan mengkampanyekan Visi besarnya kepada seluruh karyawannya. Apa jawab mereka? "Emang gua pikirin!". Bukannya salah karyawan yang tidak peduli terhadap visi perusahaan, tapi karena visi itu tak terlihat oleh karyawan. Mereka lebih termotivasi oleh sesuatu yang berupa ancaman, baik situasi dimasa mendatang ataupun berupa punishment.
John P. Kotter (Harvard Business Review) mengemukakan "Establishing Sense of Urgentcy" adalah langkah pertama untuk menggerakkan perubahan dalam suatu organisasi. Dengan melihat ancaman-ancaman terhadap kompetisi dan krisis, membuat mereka tergerak, sebelum mengkomunikasikan visi. Fungsi Visi adalah memberikan arah, sedangkan The Power of Kepepet yang mendorong untuk bergerak.
MENCIPTAKAN KONDISI KEPEPET
Coba amati biografi orang-orang sukses, banyak dari mereka yang 'kepepet' sebelumnya. Seperti pegas, saat kita tekan, maka akan menimbulkan gaya tolak yang lebih besar. Trus, apa yang harus kita lakukan? Cara pertama untuk mengeluarkan 'potensi kepepet' kita, dengan cara menvisualisasikan (membayangkan) seolah-olah kita dalam kondisi kepepet, maka kita akan memfungsikan organ tubuh dan hormon-hormon kita, bekerja secara maksimal. Misalnya, bayangkan jika hari ini Anda di-PHK, apa yang Anda rasakan?
Cara kedua, menciptakan kondisi kepepet secara fisik. Misalnya dengan berhutang untuk modal usaha, secara otomatis akan membuat kita termotivasi untuk mengembalikan hutang. Atau, bisa juga kita terima orderan langsung, meskipun usaha belum mulai. Ada juga yang memberanikan diri membayar DP (uang muka) sewa ruko/ kios, setelah itu terpaksa berpikir bagaimana melunasinya. Jika Anda masih single dan tidak punya tanggungan keluarga, mungkin Anda mau langsung mencoba keluar kerja dan mulai usaha?!
Semua itu pilihan Anda lho, jangan salahkan saya untuk risikonya. Tergantung dari karakter masing-masing orang. Saya menempuh cara yang terakhir, cukup konyol, tapi berhasil. Namun jangan lupa, Integritas dan Kredibilitas tetap harus dijaga.
Cara manapun yang akan Anda pilih, yang penting MELANGKAH, jangan kebanyakan mikir atau sekedar membaca tulisan saya ini. Karena kehidupan Anda tidak akan berubah hanya dengan membaca, tapi dengan ACTION.
"Jika rasa sakit terhadap kondisi sekarang tidak kuat, orang tak akan beranjak untuk berubah"
- diambil dari milis SSR -
lucu ya... karena kepepet, kucing pun terpaksa makan daun :)
"Seandainya sekarang Anda tidak memiliki uang tabungan. Penghasilan pun kurang dari 5 juta sebulan. Apakah Anda bisa mendapatkan uang 50 juta, jam 9 esok hari?" Saat saya menanyakan pertanyaan ini kepada peserta seminar,hampir semua menjawab, tidak bisa. Kenapa? Karena mereka mengukur kemampuannya berdasarkan kondisi normal mereka. Dengan penghasilan 5 juta perbulan, jika saving-nya 2 juta perbulan, maka perlu 25 bulan untuk mendapatkan 50 juta.Bagaimana jika pertanyaan saya ubah? Seandainya, malam hari ini, anak Anda atau orang yang paling Anda sayangi mendadak sakit keras. Dokter mendiagnosa ada sebuah tumor ganas yang harus dioperasi besok juga, jika tidak, maka nyawanya akan melayang. Sedangkan operasi hanya bisa dilaksanakan jika Anda menyerahkan uang tunai sejumlah 5 juta rupiah sebelum jam 9 esok hari. Bagaimana? Apakah Anda masih akan mengatakan tidak bisa? Mayoritas akan menjawab, "Harus bisa". Kenapa? Karena kepepet, jika
tidak, nyawa orang yang kita cintai tsb akan melayang.
Jadi sebenarnya jika dalam kondisi yang kepepet dan tidak diberikan pilihan untuk "tidak bisa", manusia akan mencari jalan untuk berpikir "bagaimana harus bisa". Tetapi kenapa sukses, kaya, membahagiakan orang tua atau keluarga, seolah bukan suatu kebutuhan yang mendesak?
Sesungguhnya manusia telah diciptakan dengan potensi luar biasa, di luar apa yang kita pikirkan. Hanya saja potensi tersebut seringkali hanya akan keluar pada kondisi terdesak, seperti seorang nenek bisa melompat dari gedung setinggi 5 meter, saat kebakaran.
KEPEPET VS IMING-IMING
Ada 2 sebab yg membuat orang tak tergerak untuk berubah. Yang pertama adalah impiannya kurang kuat, yang kedua tidak kepepet. Dua hal tersebut yang seringkali disebut orang sebagai motivasi. Kesalahan fatal yang timbul oleh sebagian besar motivator ataupun trainer motivasi lainnya adalah hanya menggunakan impian sebagai 'iming-iming' untuk menggerakkan audiens. "Apa Impian anda? Siapa yang impiannya punya mobil mewah? Rumah mewah? atau bahkan kapal pesiar?" Memang, saat di ruang seminar, mereka sangat terbawa dan termotivasi oleh sang motivator. Tapi masalahnya, sepulang dari seminar, mereka dihantam kemalasan, mungkin juga halangan-halangan bahkan seringkali oleh orang-orang yang mereka sayangi.
Apa jadinya? Mereka tetap diam ditempat.
Contoh yang kedua, ada seorang salesman yang bekerja di suatu perusahaan. Seperti perusahaan lainnya, mereka menerapkan sistem bonus. "Jika anda mencapai target yang telah ditentukan, maka anda akan mendapat bonus jalan-jalan keluar negeri!" kata managernya. "Gimana, semangat?" lanjut manager berinteraksi. "Semagaat..ngat..ngat!" sambut salesman, sambil mengepalkan tangannya seolah siap tempur. Bulan demi bulan pun berlalu tanpa pencapaian target. Kemudian si manager bertanya,"Apa bonus yang aku tawarkan kurang besar?". "Enggak kok Pak, cukup besar, mudah-mudahan bulan depan tercapai Pak". Setelah 3 bulan masa 'iming-iming' tak berhasil, si manager mulai mengubah strategi. Dia berteriak agak
menekan di dalam meetingnya,"Pokoknya, jika anda tidak bisa mencapai target penjualan yang sudah saya tetapkan, anda saya PECAT!". Nah, keluarlah keringat dingin si salesman. Sekeluar dari ruangan dia langsung menyambangi calon-calon customernya, kerjanyapun semakin giat. Malas, malu, nggak pe-denya hilang seketika. Kok bisa? Karena KePePet! Yang dia pikirkan, jika dia tidak dapat memenuhi target, dia akan dipecat. Jika dipecat, penghasilannya akan nol. "Trus anak istriku makan apa?" pikirnya. Anehnya, target penjualan yang selama ini tidak pernah tercapai, bisa juga terlampaui. Itulah yang disebut The Power of Kepepet.
97% orang termotivasi karena Kepepet, bukan karena iming-iming.
Maka dari itu ada pepatah mengatakan bahwa "Kondisi Kepepet adalah motivasi terbesar di dunia!". Banyak perusahaan mengkampanyekan Visi besarnya kepada seluruh karyawannya. Apa jawab mereka? "Emang gua pikirin!". Bukannya salah karyawan yang tidak peduli terhadap visi perusahaan, tapi karena visi itu tak terlihat oleh karyawan. Mereka lebih termotivasi oleh sesuatu yang berupa ancaman, baik situasi dimasa mendatang ataupun berupa punishment.
John P. Kotter (Harvard Business Review) mengemukakan "Establishing Sense of Urgentcy" adalah langkah pertama untuk menggerakkan perubahan dalam suatu organisasi. Dengan melihat ancaman-ancaman terhadap kompetisi dan krisis, membuat mereka tergerak, sebelum mengkomunikasikan visi. Fungsi Visi adalah memberikan arah, sedangkan The Power of Kepepet yang mendorong untuk bergerak.
MENCIPTAKAN KONDISI KEPEPET
Coba amati biografi orang-orang sukses, banyak dari mereka yang 'kepepet' sebelumnya. Seperti pegas, saat kita tekan, maka akan menimbulkan gaya tolak yang lebih besar. Trus, apa yang harus kita lakukan? Cara pertama untuk mengeluarkan 'potensi kepepet' kita, dengan cara menvisualisasikan (membayangkan) seolah-olah kita dalam kondisi kepepet, maka kita akan memfungsikan organ tubuh dan hormon-hormon kita, bekerja secara maksimal. Misalnya, bayangkan jika hari ini Anda di-PHK, apa yang Anda rasakan?
Cara kedua, menciptakan kondisi kepepet secara fisik. Misalnya dengan berhutang untuk modal usaha, secara otomatis akan membuat kita termotivasi untuk mengembalikan hutang. Atau, bisa juga kita terima orderan langsung, meskipun usaha belum mulai. Ada juga yang memberanikan diri membayar DP (uang muka) sewa ruko/ kios, setelah itu terpaksa berpikir bagaimana melunasinya. Jika Anda masih single dan tidak punya tanggungan keluarga, mungkin Anda mau langsung mencoba keluar kerja dan mulai usaha?!
Semua itu pilihan Anda lho, jangan salahkan saya untuk risikonya. Tergantung dari karakter masing-masing orang. Saya menempuh cara yang terakhir, cukup konyol, tapi berhasil. Namun jangan lupa, Integritas dan Kredibilitas tetap harus dijaga.
Cara manapun yang akan Anda pilih, yang penting MELANGKAH, jangan kebanyakan mikir atau sekedar membaca tulisan saya ini. Karena kehidupan Anda tidak akan berubah hanya dengan membaca, tapi dengan ACTION.
"Jika rasa sakit terhadap kondisi sekarang tidak kuat, orang tak akan beranjak untuk berubah"
- diambil dari milis SSR -
Langganan:
Postingan (Atom)